Rembulan itu terus berlalu bersembunyi di balik awan
Meski kutunggu sinarnya memancar diantara rerumpunan bambu
Haruskah ku membenci pada malam yang selalu merenorehkan kepedihan
Ataukah harus berlari ke ujung timur tuk mengejar fajar dini hari

Jiwa ini merapuh ketika renungan pagi kembali mengurai sisa perjalanan semalam
Kicauan burung dan semerbak harum bunga nampak berubah menjadi kesombongan
Tak terhiraukan lagi hangatnya mentari dalam birunya langit yang cerah 
Hanya lamunan kosong yang terus menari nari dalam bayang bayang

Sandiwara hidup ini telah dimainkan dalam beberapa episode
Mungkinkah  dapat diakhiri dengan ending cerita bahagia
Dengan sorak sorai penonton yang berlalu dengan membawa kebahagiaan
Atau mungkin berlalu dengan titikan air mata